Penulis sangat terkejut membaca berita yang
dilansir Detik dengan judul “Ditemukan Jenazah Berparasut Tergantung di Pohon,
Diduga Pilot Sukhoi.” Beritanya mengacu keterangan dari salah satu team SAR,
Sertu Abdul Haris, pimpinan regu dari Kopassus yang mengatakan, dia bersama 6
orang rekan kesatuan tengah berupaya menuruni tebing curam dengan tingkat
kemiringan 85 derajat, tim baret merah itu berhasil menemukan jasad yang diduga
pilot pesawat.
Abdul Haris menjelaskan kepada wartawan Sabtu
(12/5), di Posko evakuasi Embrio, Bogor, ”Saat menuruni tebing kita
melihat ada jasad di atas pohon bergelantungan di parasut.” Haris dan tim
menduga jasad yang ditemukan tidak utuh tersebut adalah pilot pesawat nahas.
Dugaan kuat itu dilihat dari ciri wajah depan yang sebagian masih terlihat utuh
dan rambut putih. “Di dompet yang kami temukan di celana tertera nama orang
asing,” ujarnya.
Berita ini sepintas kecil dan sederhana,
tetapi menurut teori penerbangan sangat penting dalam penyelidikan sebuah
kecelakaan pesawat. Sayang penjelasan yang diberikan tidak menyertakan data
surat keterangan atau identitas yang mereka temukan dan foto parasut tersebut.
Yang jelas apabila berita tersebut dibuat apa adanya, menurut penulis harus
menjadi salah satu fokus investigasi. Disatu sisi, Sertu Abdul Haris sebagai
anggota pasukan khusus (Kopassus) yang dipastikan juga seorang penerjun,
jelas faham dan tidak mungkin salah mengenali bahwa jenazah tersebut
tergantung di pohon dengan menggunakan parasut.
Kini timbul pertanyaan dibenak penulis,
tidak wajar seorang penerbang pesawat angkut komersial menggunakan
parasut. Parasut bagi seorang penerbang hanya dipergunakan mereka yang terbang
dengan pesawat tempur. Jadi hal ini harus diselidiki lebih lanjut dan sebaiknya
menjadi fokus dari team KNKT dan Basarnas. Spekulasi bisa berkembang menjadi
bermacam-macam.
Yakini dahulu bahwa jenazah tersebut memang
Captain Pilot Alexander Yablontsev, dari pengamatan sekilas Abdul Haris secara fisik
memang mereka perkirakan orang tersebut pilotnya. Ataukah di pesawat tersebut
terdapat orang lain yang sudah mempersiapkan diri dengan parasut, yang
mempunyai niat tidak baik? Apakah ada Hijacking? Nah, spekulasi seperti ini
bisa saja terjadi. Dengan 14.000 jam terbang, Yablontsev bukanlah penerbang
sembarangan, dia penerbang handal dan terbaik yang dimiliki oleh Sukhoi.
Pesawat SSJ100 tersebut juga dilengkapi dengan peralatan yang super modern yang
mampu memonitor hambatan cuaca buruk dan sebuah medan berbahaya di sebuah
ketinggian. Apakah sesederhana dan semudah itu Yablontsev dan SSJ100 yang super
modern itu menabrak gunung?
Apabila informasi tersebut benar, terbukti
ada jasad yang menggunakan parasut, ini bisa merupakan salah satu pintu masuk
terhadap kecelakaan yang sangat mengherankan tersebut. Team ahli Rusia
kini sebanyak 77 orang sudah datang, mereka adalah para ahli yang khusus
dikirim oleh pemerintah Rusia. Bersama mereka juga dikirim dua helikopter serta
peralatan investigasi lainnya. Kita sebaiknya menyampaikan setiap rinci
informasi kepada mereka, karena mereka yang sangat faham dengan kemampuan dan
kerawanan pilot serta pesawatnya.
Memang kini kita sebaiknya tidak
berspekulasi dalam menyatakan penyebab kecelakaan tersebut. Sebagai insan
udara dan anggota kelompok ahli BNPT, penulis merasakan ada sebuah keganjilan
disini. Pemikiran ini hanyalah sebuah masukan sebagai sense of intelligence.
Semoga semua tabir gelap ini terkuak, ada apa sebenarnya dibelakang ini semuanya.
Kasus ini demikian penting bagi bangsa Indonesia dan Rusia. Selamat bertugas.
0 komentar:
Posting Komentar