Masyarakat
tetap yakin pemberian konsesi proyek gas Tangguh Train 3 kepada British
Petroleum dari pemerintah Indonesia merupakan barter dengan gelar Knight Grand
Cross in the Order of Bath dari Ratu Inggris Elizabeth II kepada Presiden SBY.
Menurut
Ketua Koalisi Anti Utang (KAU), Dani Setiawan, pemberian gelar terhadap SBY
merupakan suap ala anglo saxon. Artinya kerajaan seperti Inggris mengerti betul
pskilogis SBY yang peduli pada citra dan popularitas.
Pemberian
gelar ksatria itu, imbuh Dani, cara yang digunakan sejak lama oleh negara maju
untuk mendaptkan kepentingan ekonomi dan politik di Indonesia.
Dani
membeberkan, hal serupa terjadi pada masa Megawati Soekarnoputri menjadi
presiden. Sebelum menjual gas alam cair Tangguh secara murah ke China, Megawati
melakukan pesta dansa dengan Presiden China saat itu, Jiang Zemin. Begitu juga
saat Soeharto terkait pembelian pesawat tempur dari Inggris.
"Gelar
itu sangat erat kaitannya dengan suap anglo saxon demi mendapatkan kontrol
perusahaan multinasional Inggris di Indonesia. Itu suatu yang umumnya terjadi.
Bantahan Firmansyah hanya pembelaan," tegas Dani kepada Rakyat Merdeka
Online di Jakarta, Sabtu (3/11).
Karena
itu, Dani menuding SBY telah melanggar sumpah jabatan. Menurut Dani dalam
sumpah jabatan sebagai Presiden, SBY wajib menaati konstitusi dalam hal ini
pasal 33 UUD 1945. SBY juga dinilai telah melanjutkan tradisi buruk diplomasi
ekonomi internasional Indonesia.
"Daya
tawar ekonomi kita sangat rendah. Lagian rakyat semkin cerdas. Inggris pasti
ada maunya. Kita sudah masuk ke perangkap kapitalisme global yakin pertarungan
industri Migas Internasional," demikian Dani.
Sebelumnya
Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi Firmanzah membantah adanya tukar guling
antara pemberian konsesi proyek gas Tangguh Train 3 kepada British Petroleum
dengan pemberian gelar Knight Grand Cross in the Order of Bath. Meski memang
diakui, persetujuan diberikan Presiden SBY usai menerima gelar dari Ratu
Elizabeth II. (RAKYAT MERDEKA ONLINE)
0 komentar:
Posting Komentar