-->

Semangat reformasi di Indonesia sudah berjalan hampir 14 tahun. Sayangnya semangat itu hanya bersifat manipulasi. Visi dan misi menjadikan bangsa Indonesia lebih demokrasi nyatanya kebablasan karena masyarakat kelas bawah tetap terabaikan.

"Kata reformasi masih dikumandangkan hanya untuk memenangkan pertarungan politik dalam Pilkada, Pilpres dan pemilu legislatif," kata anggota Petisi 50, Chris Siner Key Timu di acara diskusi Petisi 50 di Jakarta, Jumat (18/5).

Dia juga menambahkan, saat ini penegakan hukum untuk para tersangka korupsi tidak berlaku adil. Semakin hari, kejahatan ekonomi semakin marak terjadi. Ditambah lagi kian merosotnya budaya demokrasi dan peradaban politik.

"Perbaikan sistem politik melalui pemilu sudah dilakukan, tapi budaya demokrasi dan peradaban politik semakin rusak," tambahnya.



Dalam kesempatan yang sama, praktisi hukum Adnan Buyung Nasution mengatakan bahwa dirinya sudah dua kali merasa menjadi korban keterpurukan dalam sebuah pemerintahan. Meski tidak pemerintahan tidak lagi berpegang pada sistem orde lama, tetapi prestasi bangsa ini kian merosot.

"Dua kali bangsa ini terperosok lembah, orde lama dan orde baru," keluh Buyung.

Harusnya, kata Buyung, Indonesia benar-benar memanfaatkan moment reformasi ini. Jangan sampai usaha rakyat Indonesia memperjuangkan reformasi ini menjadi gagal.

"Reformasi sekarang, sudah gagal hanya berhasil untuk sebagian saja. Selebihnya di dalam rezim sekarang ini tidak jelas arahnya mau ke mana, baik dalam sistem ekonomi, pemerintahan dengan kata lain oligarki," tegas Buyung.


0 komentar:

Posting Komentar