Korban akibat bentrokan antara polisi dan mahasiswa yang terjadi saat aksi unjuk rasa menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di Malang, Jawa Timur, bertambah menjadi 42 orang. Awalnya, hanya ditemukan ada 10 korban luka-luka.

Demo menolak rencana kenaikan harga BBM itu, dilakukan pada Rabu kemarin, di depan gedung DPRD Kota Malang, Jawa Timur. Dari 42 korban itu, satu korban harus menjalani perawatan di Rumah Sakit Islam Unisma Malang. Dia adalah Restu Aji, mahasiswa Universitas Tribuana Tungga Dewi (Unitri) Malang. Restu masuk RSI pada Rabu (28/3/2012) malam. Ia mengalami luka parah di kepala dan mulut, akibat kena pukul pentungan polisi.

"Kami sangat mengecam tindakan polisi yang tidak menusiawi itu. Dan lagi yang memulai anarkis adalah polisi, yang menerobos pagar kawat berduri mengejar mahasiswa," jelas Ketua Umum Pengurus Cabang PMII Malang, Iden Robert Ulum alias Karebet, Kamis (29/3/2012).



Namun tindakan polisi yang mengakibatkan 42 korban luka itu, kata Iden, tak menyulutkan semangat mahasiswa Malang, untuk berdemonstrasi lagi tetap menolak kenaikan harga BBM, yang jelas merugikan rakyat.

Ditanya apakah akan melaporkan tindakan kepolisian tersebut, Karebet menegaskan, tak akan melaporkan tindakan polisi kepada yang berwajib. Iden menyatakan sudah tak percaya lagi dengan prosedur penindakan kepolisian terhadap pasukannya sendiri.

Korban dari mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ada 2 orang luka memar, Universitas Brawijaya (UB), ada 2 orang yang luka bocor di kepalanya. "Yang luka memar ada 15 orang. Tiga mahasiswa Unitri terluka dan 6 lainnya memar, mahasiswa Unmer yang luka 3 orang, mahasiswa UM 1 orang yang terluka, dan Universitas Kanjuruhan 1 orang terluka, mahasiswa Unisma 1 orang terluka dan pengurus Cabang PMII 1 orang mengalami luka lengan. Sisanya juga luka memar. Totalnya ada 42 korban luka," paparnya.

Iden menambahkan, pada 1 April nanti, akan ada massa yang lebih besar ke depan gedung DPRD Kota Malang. "Kalau polisi masih memulai anarkis, mahasiswa akan melawannya. Kami sudah tak ingin jadi korban lagi. Mati sekalipun, tak masalah, karena membela rakyat," tegas Iden.

Sementara itu, Kepala Kepolisian Resor Malang Kota, AKBP Teddy Minahasa Putra, saat ditemui disela-sela aksi kemarin, pihaknya enggan berkomentar. "Saya masih tugas," katanya.

Humas Mapolresta Malang AKP Abdul Hadi, yang dihubungi via telepon, untuk dikonfirmasi hal tersebut, pun tidak mengangkat telepon. Dihubungi melalui pesan pendek, juga tak dibalas.  




0 komentar:

Posting Komentar