Kegelisahan rakyat atas kondisi bangsa yang runyam kian menggurita. Hal ini dapat dilihat dari gerakan para umat lintas agama yang akan menggelar doa dan puasa bersama di depan Istana Negara, sejak Rabu (14/9) hingga Jum’at (16/9).

Menurut mantan KSAD Jenderal (Purn) Tyasno Sudarto, bila ada kelompok politik yang menginginkan perubahan kepemimpinan nasional maka mungkin saja masih disertai oleh nafsu-nafsu kekuasaan. Namun bila kehendak perubahan itu disampaikan oleh para tokoh dan umat lintas agama, hal itu menunjukan bahwa keinginan pada perubahan bukan semata karena dorongan nafsu material.

"Saya melihat doa dan puasa bersama ini sebagai tanda bahwa benteng terkahir moral publik sudah gelisah dengan pemimpin nasional saat ini. Mereka langsung mengadukan kepada Tuhan yang Maha Kuasa untuk satu perubahan," kata Tyasno Sudarto.

Sebagaimana para umat lintas agama, Tyasno pun merasakan kegelisahan yang sama. Kondisi Indonesia dirasakan semakin memprihatinkan dan jauh dari cita-cita kemerdekaan. Tyasno pun akan bergabung dalam doa dan puasa bersama tersebut.

"Jangan sampai keadaan terus berlarut-larut. Pergantian kepemimpinan nasional harus segera dilakukan sebelum membahayakan bangsa. Ini sudah mendesak. Kita butuh pemimpin yang benurani sebagaimana keinginan para umat beragama," demikian Tyasno.


0 komentar:

Posting Komentar