Korban kekerasan oknum pasukam aparat Paspamres
Kunjungan kerja Presiden SBY ke Malang, menyisakan cerita pilu bagi Sulung Hadi Sukmawan(25). Pekerja furniture di Jakarta ini, harus tergeletak di Ruang 17 Kamar 3 Rumah Sakit Syaiful Anwar (RSSA) Malang, karena telah menjadi korban pemukulan oknum petugas pengamanan kunjungan presiden.

Aksi pemukulan tersebut, dialami warga Jalan Jodipan Wetan I No 47, RT 16/RW 7, Kelurahan Jodipan, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, di Jalan Tanimbar. Tepatnya, sekitar 100 meter sisi barat Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal) Kota Malang, tempat Presiden SBY bermalam, selama kunjungan kerja di Malang.

Sulung mengalami luka sangat parah. Gigi bagian depan nyaris habis, akibat terkena pukulan benda tumpul. Demikian juga dengan rahangnya, diperkirakan mengalami patah tulang. Sehingga, membuatnya sulit untuk membuka mulut. Tangan kirinya mengalami pembengkakan dan retak tulang. Luka-luka, terdapat di hampir sekujur tubuhnya, terutama pada kaki, lengan, dan wajah bagian kiri.

Ditemui di ruang perawatan, Sulung mengaku masih mengalami pusing di kepala. Bicaranya juga masih sangat pelan, karena mulutnya memang sulit dibuka. Luka-luka, serta bekas darah masih nampak memerah pada bagian mulutnya. “Pusing, dan gerah rasanya. Tangan saya juga terus kesemutan,” keluh Sulung.

Pemukulan ini, diakuinya terjadi sekitar pukul 20.00 WIB. Saat kejadian, dia bersama temannya yang bernama Slamet Hariyadi, baru saja pulang dari Jalan Mergan, Kecamatan Sukun, untuk mengambil sisa gaji kerjanya di Jakarta. Gaji tersebut, dibawa mandornya yang tinggal di Jalan Mergan.

Dengan menggunakan sepeda motor, korban pulang ke Jodipan, melalui Kasin, lalu menuju Jalan Tanimbar. Saat berada di depan RSI Aisyah, atau sekitar 200 meter dari Lanal, Sulung mengaku ada petugas polisi lalulintas yang memintanya untuk jalan pelan. “Petugas hanya meminta untuk jalan secara pelan, dengan menyalakan lampu peringatan. Saya menuruti, dan hanya menjalankan motor dengan kecepatan antara 40-50 km/jam,” kisahnya.

Selang beberapa meter, setelah melintasi petugas tersebut, Sulung melihat ada petugas lain datang dari tengah jalan dan berupaya memukulnya. Dia berhasil menghindar namun tanpa disadarinya di depan datang lagi petugas dengan membawa tongkat rambu untuk tanda stop. Tongkat tersebut langsung dipukulkan ke bagian wajahnya.

Setelah menerima pukulan itu, Sulung dan temannya langsung jatuh tersungkur. Dia sendiri mengaku langsung pingsan, dan tidak ingat apa-apa lagi. Baru sadar, setelah berada di rumah sakit. “Waktu kejadian jalannya agak gelap. Saya hanya melihat petugas berpakaian seragam polisi dan TNI,” ungkapnya.

Sialnya lagi. Uang sisa gaji sebesar Rp300 ribu, yang baru saja diambilnya beserta dompetnya leyap dalam kejadian ini. Sulung bersama temannya dilarikan ke Rumah Sakit Panti Waluyo. Setelah itu, pada pukul 01.00 WIB dini hari dipindahkan ke RSSA Malang.

Pengakuan yang sama juga diungkapkan oleh Slamet Hariyadi. Setelah kejadian, petugas di sekitar lokasi tersebut sama sekali tidak memberikan pertolongan. Hanya dipanggilkan mobil pick up, lalu mengantarkan kedua korban ke rumah sakit. “Saya sendirian yang menaikkan Sulung ke mobil,” ujarnya.

Slamet sendiri mengalami luka-luka di lengan dan kaki kirinya. Saat kejadian sempat dibentak petugas, dan dikatakan kalau sedang mabuk minuman keras. Namun, dia membantahnya, karena memang sedang tidak mabuk.

Dia datang ke Mapolres Malang Kota, untuk melaporkan kejadian ini. Slamet datang bersama bapaknya, dan langsung menuju ruang SPK Polres Malang Kota. Sayangnya, upayanya ini tidak mendapatkan sambutan yang simpatik.

Wakapolres Malang Kota, Kompol Irfan Susanto tidak memberikan sikap yang simpatik kepada Slamet. Bahkan, dengan nada menginterograsi dan keras, Irfan meminta agar Slamet menunjukkan bukti kalau melihat temannya Sulung dipukul petugas. “Kamu bisa buktikan kalau temanmu yang di depan dipukul. Kalau tidak dipukul, berarti kalian jatuh sendiri. Ini namanya kecelakaan tunggal. Kalau jatuh sendiri, terus mengaku dipukul itu hanya membuat keterangan palsu,” ujar Irfan ketus.

Selesai menginterograsi Slamet, Irfan langsung berjalan menuju ruang Propam Polres Malang Kota. Dia tidak mengindahkan permintaan keterangan dari wartawan. “No Coment,” hanya itu yang disampaikannya. Selang beberapa saat kemudian, dia masuk ruang Propam, dan dengan keras membanting pintu ruangan itu.

Kuasa hukum korban, Ronny Dwi Sulistiawan sangat kecewa dengan perlakuan pihak kepolisian ini. “Laporan kami tidak ditanggapi dengan baik. Padahal, klien kami sangat dirugikan. Kalaupun ada pengamanan ketat, kenapa harus mengorbankan masyarakat sipil,” tegas Ronny.

Berbagai upaya hukum, akan dilakukannya. Saat ini, korban dimintakan visum. Tujuannya, untuk mengetahui luka serta penyebabnya. Dia juga sudah melaporkan kejadiannya ke polisi.

Ibu Sulung, Warsiti, mengaku tidak tahu kejadian yang menimpa anak tunggalnya tersebut. Sebelum berangkat, anaknya pamit akan mengambil sisa gaji ke mandor tempatnya bekerja. Setelah itu, baru mendapatkan kabar kalau anaknya masuk rumah sakit pada pukul 22.30 WIB. “Kami sedih jadi begini. Anak saya jadi cacat. Kami mau mengadu kepada siapa lagi,” keluh Warsiti.

Kapolres Malang Kota, AKBP Teddy Minahasa Putra, kepada wartawan mengaku, belum menerima laporan secara lengkap atas kejadian ini. Informasi yang berkembang masih simpang siur. Makanya, dia meminta persoalan ini diklarifikasi dengan baik, dan tidak sampai mendiskriditkan lembaga tertentu.

Pengamanan yang dilakukan saat kunjungan presiden, dilakukan oleh petugas gabungan. Banyak satuan yang terlibat di dalamnya. Apalagi kawasan Jalan Tanimbar, merupakan wilayah paling dekat dengan tempat bermalam presiden. Tentunya ada satuan lain yang bertanggungjawab.

Dia mempersilahkan apabila korban menyampaikan laporan ke pihak kepolisian. “Kami pasti akan melayani laporan tersebut, karena kami pelayan masyarakat. Setelah itu, kami akan mempelajarinya. Mengingat, informasi yang saya dapatkan masih simpang siur. Ada yang bilang kalau korban dalam kondisi mabuk, terus menabrak kursi. Ada juga yang bilang, kalau korban dipukul senjata,” kilah Teddy.




kembali ke BERANDA 

0 komentar:

Posting Komentar